FOSGAMA Mesir – Kairo, (07/12/2023)—Fosgama Mesir menggelar acara Sarasehan dan Penutupan Kegiatan Termin 1 di Aula Darul Hasan KMJ. Acara tersebut dihadiri oleh warga Fosgama Mesir dan HE. Zuhairi Misrawi, senior Fosgama Mesir yang sedang menjabat menjadi Duta Besar RI untuk Republik Tunisia. Kedatangan Gus Mis—sapaan akrab HE. Zuhairi Misrawi— ke Mesir hari ini, merupakan kali kedua semenjak beliau menjabat sebagai dubes. Sebelumnya, pada tahun 2022, beliau juga pernah mengunjungi negeri tempatnya menyelesaikan pendidikan sarjana itu.
Dalam pertemuan yang penuh kehangatan, panitia pelaksana memberikan Gus Mis waktu yang amat lapang untuk memberikan banyak nasihat dan pengalamannya selama belajar di Universitas al-Azhar, Kairo. Model penyampaian Gus Mis yang luwes dan tidak kaku, ditambah dengan guyonan-guyonan kecil yang beliau lontarkan, berhasil membuat hadirin menikmati apa yang beliau sampaikan. Jika dirangkum, pesan utama beliau adalah ajakan untuk semangat belajar. “Selama empat tahun saya di Kairo, saya telah mengkhatamkan 600 judul buku. Saat jadi dubes pun saya tetap membaca. Selama menjabat, 300 judul buku sudah saya selesaikan,” tutur Gus Mis.
Gus Mis juga bercerita bahwa dirinya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tersebab hal itu, beliau tidak mendapatkan kiriman bulanan dari orang tuanya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Gus Mis berjualan rempeyek. Dari sini bisa kita ketahui bahwa selain disibukkan dengan belajar dalam hal akademis, beliau juga mengisi hari-harinya dengan membangun bisnis. Tetapi beliau berpesan kepada para mahasiswa yang berbisnis agar jangan sampai mengalami disorientasi. Artinya, kedatangan para mahasiswa ke Negeri Kinanah ini adalah untuk menuntut ilmu, jangan sampai kegiatan bisnis menghalangi dari belajar. “Kalo mau nyari uang, mending pulang ke Indonesia. Gak akan jadi apa-apa kalo cuma mau nyari uang di sini.”
Dubes RI untuk Tunisia, HE. Zuhairi Misrawi bersama Warga Fosgama Mesir
Berdasarkan pengalaman pribadinya, Gus Mis bercerita bahwa dirinya menjadwal kegiatannya dengan rapi agar tidak tumpang-tindih antarkegiatan. Semisal beliau mengalokasikan dua hari setiap pekan, untuk produksi rempeyek, sisa hari beliau gunakan untuk kuliah. Ini dilakukan sebab beliau meyakini bahwa perencanaan waktu yang baik adalah bagian dari menanam kesuksesan. Hal ini beliau buktikan dengan keberhasilannya menyelesaikan kuliah dalam waktu yang singkat, di saat teman-teman sepergaulannya dikenal dengan langganan rasib.
Di samping kegiatan belajar dan bisnis, beliau juga mendedikasikan dirinya untuk berkhidmat di organisasi. Fosgama Mesir adalah salah satu organisasi yang mempunyai banyak kesan baginya. Beliau menyayangkan sikap mahasiswa yang enggan berorganisasi. Menurut beliau, kegiatan akademik dan organisasi bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan. Keduanya merupakan hal yang dibutuhkan oleh mahasiswa guna menyiapkan mentalitas kehidupannya di masa mendatang, sehingga perlu untuk ditekuni. Yang perlu digarisbawahi adalah jangan sampai kegiatan organisasi melalaikan mahasiswa dari kegiatan belajar.
Mengenai pengembangan belajar warga Fosgama Mesir, Gus Mis menyarankan untuk menggiatkan kajian-kajian dan baca buku. Harapan beliau, Fosgama Mesir bukan hanya sekadar menjadi tempat kumpul dan bergurau, tapi juga menjadi rumah tempat mengembangkan intelektual anggotanya. Beliau juga berpesan kepada peserta kajian dan tim website Fosgama Mesir untuk berani menuliskan ide-ide mereka, “Gak masalah tulisan jelek, namanya juga masih tahap belajar”. Sebelum bertolak dari Aula Daha, Gus Mis menyampaikan rencana kunjungannya ke Kairo pada Februari mendatang guna mengunjungi Cairo International Book Fair (CIBF) atau yang sering disebut ma’radh.