Kontekstualisasi Dakwah Islam; Propaganda Terorisme Berkedok Jihad

FOSGAMA Mesir

FOSGAMA Mesir – Terpidana kasus bom Bali, Ali Imron, mengaku kecewa jika masih banyak masyarakat dan aparat pemerintah yang menganggap enteng penyebaran paham radikalisme saat ini, menurut dia, hanya butuh dua jam untuk memprovokasi seseorang jadi teroris sampai siap bunuh diri, hal ini menunjukkan betapa bahayanya paham radikalisme dan terorisme.

Oleh sebab itu perlu adanya kajian tentang radikalisme dan terorisme, sebagai bentuk edukasi
kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh terhadap paham-paham radikalisme, dan sebagai
bentuk perlawanan terhadap paham radikalisme yang terus berkembang.

Diantara faktor yang menyebabkan penyebaran paham radikalisme mudah diterima, yaitu karena
mereka mengemasnya dengan kata “Jihad”, yang tidak sesuai dengan hakikat jihad yang
sebenarnya.

Jihad merupakan topik pembahasan yang selalu hangat untuk diperbincangkan, dimana dalam jihad
terdapat hal-hal sensitif yang selalu disinggung dengan agama, sehingga tidak heran ketika
agama sering dijadikan kambing hitam dalam pertumpahan darah yang terjadi.
Secara umum melukai, dan membunuh merupakan tindak kejahatan, namun ketika pembunuhan
dikemas dengan nama agama maka menjadi tidak masalah, atau bahkan menjadi kebaikan yang
mendapatkan pahala, dan dari pintu inilah paham terorisme masuk, yang membuat pekerjaan kotor
menjadi ladang pahala, sehingga dengan mudah orang-orang awam terpengaruh, terlebih lagi para
teroris banyak yang dikenal sebagai pemuka agama dan dikenal baik di kalangan masyarakat.


Oleh sebab itu penting sekali pada saat ini untuk memberikan pemahaman yang gamblang tentang
jihad dalam islam, sebab-sebab jihad serta tujuan dari jihad tersebut, sehingga dapat memberikan
paham bahwa islam hadir untuk perdamaian bukan peperangan, dan islam hadir untuk memuliakan
ruh yang ada dalam jiwa manusia, sehingga bagi yang membunuh satu jiwa dianggap membunuh
seluruh umat manusia, dan yang menghidupkannya dianggap menghidupkan semua jiwa manusia.

Esensi Dakwah Islam.

Dakwah secara singkat adalah usaha-usaha menyampaikan islam terhadap umat manusia dengan
melalui metode dan wasilah yang dibenarkan. Namu, perlu kita pahami terlebih dahulu esensi
dakwah islam dengan benar, secara garis besar apakah dakwah islam perlu pemaksaan atau tidak?
Pertanyaan ini dapat terjawab dengan melihat dakwah islam dalam hakikat berikut:
Satu dakwah islam adalah dakwah yang mudah dan jelas, didalamnya tidak ada masyakah, dan
kerancuan dalam ajarannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan Al-qur’an dan Sunah, banyak sekali

ayat yang menjelaskan tentang kemudahan islam seperti “sungguh kami benar benar telah memudahkan Al-qur’an sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”3 dan hadis “permudahlah dan jangan mempersulit…”4.

Dua Sesuai dengan tuntunan Al-qur’an dan Sunah dalam dakwah islam tidak ada ajaran yang bertentangan dengan sunah Alam, dimana setiap orang diberikan kebebasan dalam memilih beriman atau tidak, dan semuanya dikembalikan pada pilihan masing masing individu berdasarkan keyakinan dan dalil, “untukmu agamamu dan untukku agamaku”.

Tiga Al-qur’an dan Sunah juga tidak memperbolehkan berdakwah dengan cara pemaksaan dan pengekangan, “tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam)”6 dan perilaku ini dapat kita lihat jelas pada sosok Umar bin Khattab RA ketika bertemu seorang perempuan tua, dia berkata “Wahai Umar, aku punya permintaan, aku ini adalah rakyatmu yang patuh dan tunduk. Aku memiliki hutang yang digunakan untuk menikahkan putriku ” Umar bertanya “Berapa hutangmu?” perempuan itu menjawab “Seratus dirham” Ketika pembicaraan sedang berlangsung, tampa sengaja umar melihat kalung salib yang dikenakan perempuan tua tersebut, yang menunjukkan bahwa dia beragama nasrani. Pada saat itu Umar menenangkan perempuan tersebut dan meyakinkan bahwa hutangnya akan dilunasi. Kemudian Umar bertanya “Kenapa kamu tidak masuk agama islam seperti yang lain?” perempuan itu menjawab “Aku ini perempuan tua, dan sudah memasuki akhir dalam kehidupanku, dan tidak ingin merubah keyakinanku” kemudian umar menjawab “Kamu dapat kebebasan atas semua keyakinanmu”

Kemudian setelah berpisah, Umar beristigfar hingga terdengar oleh Ali bin abi thalib RA, dan dia bertanya “Ada apa wahai amirul mu’minin?” kemudian Umar menceritakan kejadian tersebut, lalu berkata “Aku rasa, aku salah mengajaknya dalam islam dalam keadaan seperti itu, aku takut aku memanfaatkan keadaannya kemudian secara tidak langsung aku memaksanya masuk islam” “Wahai amirul mu’minin, sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya” jawab Ali menenangkan.

Empat seorang da’i tidak pernah dituntut untuk membuat orang beriman, akan tetapi tugasnya hanya menyampaikan kebenaran, itulah tugas sebenarnya dari seorang utusan yang kemudian dilanjutkan oleh para ulama dan da’i. “Seandainya tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang di bumi seluruhnya beriman, apakah engkau (Nabi Muhammad) akan memaksa manusia hingga mereka menjadi orang-orang mukmin?”

Lima Allah tidak menerima iman seseorang yang dipaksa, sebagaimana Allah juga tidak menyiksa kalimat kekufuran orang yang dipaksa “Siapa yang kufur kepada Allah setelah beriman (dia mendapatkan kemurkaan Allah) kecuali orang yang dipaksa (mengucapkan kalimat kekufuran) sedangkan hatinya tetap tenang dengan keimanannya (dia tidak berdosa)…”

Dengan adanya lima hakikat dakwah islam diatas, tentunya dapat disimpulkan bahwa dalam dakwah islam tidak perlu dan tidak ada pemaksaan dalam berdakwah, apalagi dengan cara pembunuhan dan terorisme. Lantas bagaimana dengan adanya ayat-ayat jihad yang sering dijadikan dalil oleh sekelompok orang untuk membunuh? Pertanyaan ini akan terjawab dalam pembahasan selanjutnya.

Deviasi Radikalisme Terhadap Pemahaman Ayat-ayat Jihad

Sebelum memasuki pembahasan ayat-ayat jihad, perlu penulis tegaskan bahwa, dalam islam sebab adanya jihad (perang) adalah bukan tidak adanya iman, dengan kata lain, karena seseorang tidak beriman, bukan alasan untuk memerangi, memusuhi dan membenci, karena perbedaan keyakinan bukan alasan untuk tidak saling berbakti dan bertoleransi, sebagai mana dalam Al-qur’an surah Almumtahanah ayat 8-9.

Oleh sebab itu pembahasan ini bertujuan untuk mejelaskan sebab terjadinya peperangan, serta tujuan dari peperangan (jihad) dalam islam, sehingga tidak akan terjadi penyalah gunaan ayat-ayat Al-qur’an yang berujung pada radikalisme dan terorisme.

Secara garis besar perang dalam islam dibagi menjadi dua bagian satu perang antara kaum muslimin, dua perang muslimin dengan orang kafir, dan berikut adalah gambaran secara singkatnya.

Satu Perang antara kaum muslimin, dalam hal ini dapat kita lihat dengan jelas gambaran lengkapnya dalam Al-qur’an surat Al-hujurat 9-10, dalam ayat ini dijelaskan dengan gamblang bahwa pada dasarnya umat islam itu bersaudara, sehingga tidak boleh ada pertikaian antara saudara, namun, jika terjadi, maka kita harus mendamaikan keduanya, jika tidak bisa maka kita harus memerangi golongan yang enggan berdamai hingga semuanya kembali bersatu menjadi satu kesatuan.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan ayat ini adalah perdamaian dan keadilan didalam umat islam, dimana dalam ayat ini dijelaskan bahwa, perintah pertama kali adalah mencari berbagai solusi selain perang untuk mendamaikan dua belah pihak yang saling berselisih, kemudian, ketika memang sudah tidak ada jalan, maka berjihad, bukan dengan tujuan membunuh melainkan untuk mencapai perdamaian.

Dua Perang kaum muslimin dengan orang-orang kafir, dalam pembagian yang kedua ini ada banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang proses terjadinya, sebab terjadinya serta tujuan dari jihad tersebut, dan berikut penulis akan tampilkan sebagiannya:

1. surat Al-haj 39-4111 , didalamnya dijelaskan, bagaimana kaum muslimin diperbolehkan memberikan perlawanan setelah melalui penyiksaan, pengasingan, dan pengusiran, dan Allah mengizinkan kaum muslimin untuk melawan dan berperang.

2. ayat perang dalam surat Al- baqarah ayat 190-19412 dalam ayat ini dijelaskan bahwa, sebab dari terjadinya peperangan adalah kedzaliman dan penyerangan dari kaum musyrikin, sehingga kaum muslimin harus bisa bertahan, dan melakukan perlawanan dengan tujuan untuk mendapatkan keadilan.

3. At-taubah ayat 13, dalam ayat ini dijelaskan bahwa, penyebab dari terjadinya peperangan adalah pelanggaran terhadap kesepakatan perjanjian damai, yang membawa bencana untuk kelangsungan umat islam dan kesetabilan mujtamak.

Dalam ketiga surat tadi dapat disimpulkan bahwa penyebab adanya perang bukanlah karena
perbedaan keyakinan, melainkan dikarenakan sebab-sebab yang telah dijelaskan dengan gamblang
dalam ayat-ayat diatas.

Selanjutnya, ada dua ayat dalam surat At-taubah yang sering digunakan dan disalah artikan sebagai
ayat terorisme, dan radikalisme, oleh sebab itu perlu kiranya bagi penulis untuk menjelaskan kedua
ayat ini dengan lebih detail lagi, sehingga pemahaman terhadap ayat ini lebih jelas. pertama surat Attaubah ayat 29 “Perangilah orang orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak
mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan rasulnya dan tidak mengikuti agama yang hak
(islam). Yaitu orang-orang yang telah diberikan kitab (yahudi dan nasrani) hingga mereka
membayar jizyah dengan patuh dan mereka tunduk”

Bagi orang yang tidak memahami kandungan dari ayat ini akan beranggapan bahwa sebab adanya
perang adalah tidak adanya iman, karena dalam ayat mengatakan “perangilah orang yang tidak
beriman…” padahal tidak demikian yang dimaksud ayat ini adalah perangilah orang yang tidak
beriman yang mengingkari janji, memusuhi orang islam, mendzalimi orang islam… sebagaimana
yang dijelaskan pada ayat sebelumnya, itulah orang-orang yang harus diperangi dan dilawan untuk
mendapatkan keadilan.


Seandainya ayat ini menjelaskan bahwa penyebab peperangan adalah perbedaan keyakinan, maka
seharusnya tujuan dari ayat ini adalah berimannya orang yang diperangi bagaimanapun caranya,
sedangkan diakhir ayat dijelaskan “Hingga membayar jizyah…” yang menandakan bahwa
keimanan mereka bukan tujuan, melainkan perdamaian dan kepatuhan terhadap perjanjian yang
telah disepakati.


Kedua surat At-taubah ayat 123 “Wahai orang-orang yang beriman perangilah orang orang kafir
di sekitarmu, dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas darimu, ketahuilah bahwa Allah beserta
orang orang yang bertakwa” dalam ayat ini seakan akan memberikan pemahaman bahwa kita harus
memerangi dan memusuhi orang-orang kafir yang ada disekitar kita, padahal maksud dari ayat ini
tidak demikian.


Ayat ini sebenarnya menjelaskan kondisi dimana kaum muslimin sedang berada dalam medan
peperangan yang sedang berlangsung, dimana Allah memberikan arahan untuk membunuh musuh
yang terdekat terlebih dahulu, sehingga kemenangan dapat dicapai.

Seperti itulah penjelasan Al-qur’an mengenai jihad dan peperangan. Dan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

  1. Jihad ada bukan untuk memaksa orang-orang untuk memeluk islam, melainkan untuk memperoleh keadilan dan kebebasan.
  2. Sebab dari terjadinya peperangan bukan karena perbedaan agama dan keyakinan, melainkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya peperangan.

Baca Juga

Tags

Tinggalkan komentar